Husnudzon dalam Bermedia Sosial

Husnudzon dalam Bermedia Sosial



Oleh: Muhammad Syaid Agustiar
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur


PADA era informasi yang berlangsung sekarang ini dan ditunjang dengan perkembangan teknologi informasi maka siapa yang tidak terlibat dalam teknologi informasi, dapat dikatakan ketinggalan zaman. Oleh karena itu, mau tidak mau, mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa harus bisa memahami teknologi informasi, seperti media sosial. Siapa pun bisa mendaftar untuk memiliki akun gratis tersebut.

Dari jumlah total jumlah penduduk, ada sekitar 62 juta orang yang terdaftar serta memiliki akun media sosial Facebook. Sementara itu, dalam seminar Komunikasi di Era Millenial kerjasama antara Ikatan Sarjana Komunikasi (ISKI) DKI Jakarta dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) Jabodetabek, Rabu (22/03/2017) di Universitas Budi Luhur, Jakarta. Dr. Mulharnetti Syas selaku ketua ASPIKOM berkata,
 “di era teknologi komunikasi dan informasi semua orang yang memiliki akun media sosial bisa mencari, men-share dan menyampaikan informasi atau konten baik dalam tulisan, gambar, suara dan video. Inilah yang disebut citizen journalism.”

Berbicara mengenai citizen journalism (jurnalis warga), sebenarnya sudah tercantum dalam UUD 1945, pasal 28F yang berbunyi :
 “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Akan tetapi, apakah dalam menyampaikan atau menyebarkan suatu konten kita sudah bijak dan beretika di media sosial? Kenyataannya sekarang ini banyak konten kasar, vulgar, saling mencela, fitnah, adu domba, pornografi, dan hoax mewarnai di media sosial.

Hemat saya, media sosial diibaratkan seperti pisau bermata dua. Ada sisi positif dan negatifnya tergantung dari pikiran penggunanya. Pepatah Inggris mengatakan “You are what you think”, kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Pikiran inilah yang membedakan antara manusia dan hewan. Menurut Ubaedy (2007), “Essensi kemanusiaan seseorang itu bukan pada wujud fisiknya, melainkan pada pikirannya, dalam arti luas. Manusia berubah menjadi lebih binatang dari binatang karena pikirannya. Manusia juga bisa menjadi lebih malaikat dari malaikat karena pikirannya.”


Sumber : IslamPos
Disqus Comments