Nusron Kontroversial

Ini Pernyataan Kontroversial Nusron Wahid yang Mengkritik Keputusan MUI






REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam acara di sebuah stasiun televisi semalam, pendukung Gubernur pejawat DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Nusron Wahid mengkritik keputusan MUI terhadap Ahok soal surat Al-Maidah.

Salah satu yang dikritik ketua Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar itu adalah ihwal tabayun MUI terhadap Ahok. Menurut Nusron, Ahok telah menjelaskan maksud pidatonya di Kepulauan Seribu. 

Kritikan Nusron dan gaya bicaranya di depan ulama MUI memicu perbincangan hangat di lini masa. Ustaz Yusuf Mansyur bahkan mendoakan agar Nusron tidak bersikap arogan dan menghargai ulama.

Berikut pernyataan lengkap Nusron yang mengkritik keputusan MUI;

Bapak ibu sekalian yang kami hormati. Umat islam memang biasa ramai. Ramainya umat islam itu selalu diramaikan dua hal. Kalau tidak salah paham, pahamnya salah. Selalu itu aja.
Saya ingin menegaskan di sini yang namanya teks apapun itu bebas tafsir, bebas makna. Yang namanya Alquran yang paling sah untuk menafsirkan yang paling tahu Alquran adalah Allah SWT dan Rasul, bukan Majelis Ulama Indonesia, bukan Ahmad Dhani, bukan Daniel Simanjuntak, saya atauapun Hamka Hak.
 "Alhaqqu Mirobik" kebenaran itu datangnya dari Allah SWT. Itu adalah ilmu tafsir. Yang paling tahu tentang teks adalah orang yang membuat teks itu sendiri. Dalam ilmu sastra, mas Fadli senior saya di UI ada namanya proses kreatif, yang paling tahu makna puisinya Taufik Ismail, ya Taufik Ismail. Bukan kita menerjemahkan seakan-akan.
Karena itu Kyai-Kyai saya guru-guru saya ulama saya dulu ketika memaknai Alquran saya ngaji tidak pernah mengklaim dirinya paling benar. Selalu ditutup dengan satu kalimat "Wallahu a'lamu bimurodihi". Bahwa Allah lah sesungguhnya yang paling tahu tentang maknanya bukan orang lain. karena itu kalau menjadi ulama, menjadi Kyai mengutip Alquran jangan hanya mengutip dengan surat Alquran yang terjemahan.

"Barang siapa yang belajar Alquran tanpa guru, gurunya syaitan." Multiiinterpetasi. Yang paling tahu apa yang disampaikan si Bu Yani ya si bu Yani. Guntur bebas menafsirkan, karena itu perlu tabayun malam ini dia menjelaskan, maksud saya gak seperti itu. 
 Yang paling tahu apa yang disampaikan Ahok di Pulau Seribu ya Ahok. Bukan orang lain. Itu ilmu tafsir, ilmu teks. Karena itu dia tabayun menjelaskan dia minta maaf tak pernah bermaksud menyakiti umat Islam, "Saya tak pernah bermaksud melakukan seperti itu." Itu dilakukan
Pertanyaan saya, saudara saya Nasir Djamil tadi mengatakan perlu tabayun, Majelis Ulama Indonesia hari ini membuat keterangan seperti itu yang katanya dijadikan lisensi, apakah sudah melakukan tabayun kepada Ahok atau memanggil Ahok? maksudnya seperti itu. Tabayun itu harus memanggil orangnya. Bukan berpendapat sendiri. Itu Tabayun. 
 Ini saya sampaikan dengan kebenaran, untuk membuktikan apa yang saya sampaikan. Saya ingin mengutip sebuah hadits nabi. Nabi pernah mengatakan, "Khoirul quruni qorni tsumma ladzina layunahum." 
 Sebaik-baiknya masa adalah masaku pada saat Nabi Muhammad, setelah itu masa sahabat, setelah itu masa sahabat Bani Umayyah, setelah itu masa sahabat Bani Abbasiyah, setelah itu masa ulama-ulama, ulama, ulama sampai sekarang. Ini adalah derajat kebaikan.
 Saya ingin bertanya, sejarah membuktikan pak Karni, tidak ngarang pada abad Bani Abbasiyah, khalifah Abbasiyah ke-16 Sultan Khalifah Al Muktadid Billah pernah mengangkat seorang gubernur namanya Umar bin Yusuf, seorang Kristen taat menjadi gubernur di Al- Anbar Irak, apakah waktu itu tidak ada surat al-maidah 51? pada zaman itu, apakah pada saat itu tidak ada ulama-ulama yang menafsirkan Al-Maida.
 Mohon maaf, apakah ulama-ulama saat itu, kalah saleh kalah alim dengan ulama-ulama hari ini? Bukti kedua dari semua ayat terjemahan Alquran, hanya teks bahasa indonesia saja yang memaknai "Awliya" itu pemimpin. Bahasa Inggris tidak ada.
 Karena itu bapak ibu sekalian. Apa yang disampaikan Ahok tak lepas dari konteks sosial saat ini. Sebelum ahok dilantik menjadi gubernur menggantikan pak Jokowi sudah ada kok di ILC juga ini saya hadir yang mengatakan menolak Ahok menjadi gubernur pada saat itu karena juga dengan ayat ini, dan bahkan membuat gubernur tandingan.
 Saya ingin mengatakan Inodnesia ini negara Pancasila, namanya negara Pancasila itu adalah hukum-hukum islam Syariat Islam harus kita hormati dalam konteks ranah privat. Tapi dalam konteks pengambilan keputusan, ada konsensus bersama yang namanya Pancasila itu.
Di dalam Pancasila sudah jelas Muslim dan non-Muslim boleh menjadi pemimpin, boleh menjadi apapun. karena itu bapak sekalian fakta mengatakan yang menggunakan ayat Al-Maidah untuk menolak Ahok di masjid-masjid ada di Youtube Youtube ada. Karena itu apa yang disampaikan Ahok sudah jelas ia menyampaikan. Apa yang disampaikan tidak bermaksud untuk melecehkah atau menistakan umat Islam apa lagi agama Islam, tidak bermaksud seperti itu. Itu sudah jelas.
Yang paling tahu omongan Ahok ya Ahok sendiri. Yang paling tahu tentang Alquran ya Allah SWT. Yang paling tahu tentang si Bu Yani yang si Bu Yani. Karena itu sekalian kalau kita ingin berpolitik sebagai negara Pancasila ayo, kita sepakat bersama-sama malam ini.
 Hentikan penggunaan ayat-ayat untuk politik. Ayat Al Maidah tak ada kaitan dengan politik. Ayat Al-Maidah mufti tafsir karena multi tafsir tak usah dipakai justifikasi untuk menistakan orang, melawan orang dan sebagainya. Kita kembalikan cita-cita besar kita sebagai bangsa Indonesia. Mendirikan negara ini susah. mempertahankan negara ini jauh lebih susah karena itu negara itu tak boleh bubar hanya karena urusan seperti ini.

Sumber :




Disqus Comments